Kok Bisa 18 Partai Ini Gagal Ikut Pemilu Padahal Sudah Ribuan Kadernya

Saya ingat rasa heran saat melihat angka resmi—campuran kekecewaan dan ingin tahu yang menempel lama.
Komisi Pemilihan Umum pada 25 Agustus 2024 mengumumkan hasil yang mengejutkan: delapan partai berhasil mendapatkan kursi DPR, sementara 10 lainnya berada di bawah ambang 4% atau kurang dari 6.071.731,72 suara dari total 151.793.293 suara sah.
Angka-angka itu nyata: PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra dan lainnya meraih kursi. Sementara PPP, PSI, Partai Buruh dan beberapa nama lain finis di bawah ambang.
Artikel ini akan mengurai data KPU, menjelaskan hitungan ambang suara, dan menelaah faktor yang membuat banyak organisasi dengan ribuan kader tetap partai tidak lolos pemilu.
Kita akan membahas kelemahan kaderisasi, konflik internal, dan pergeseran pemilih muda agar pembaca mendapat gambaran utuh tentang dinamika politik hari ini.
Gambaran umum hasil resmi KPU: siapa lolos, siapa tersisih
Hasil rapat pleno KPU pada 25 Agustus 2024 menetapkan komposisi awal parlemen untuk periode 2024–2029.
Rapat pleno terbuka itu menegaskan bahwa delapan partai memperoleh kursi DPR RI, sementara sepuluh partai berhenti di ambang 4 persen. Ambang itu setara dengan 6.071.731,72 suara dari total suara sah nasional 151.793.293.
Ringkasan rapat pleno terbuka KPU 25 Agustus 2024
Keputusan KPU Nomor 1204 Tahun 2024 ditetapkan di Jakarta pada 25 Agustus 2024 dan berlaku tanggal tersebut. Landasan hukum mengacu pada UU 7/2017 Pasal 414 ayat (1) dan PKPU 6/2024 Pasal 10 ayat (1).
Delapan partai yang memperoleh kursi DPR RI periode 2024-2029
| Partai | Kursi | Catatan |
|---|---|---|
| PDI-P | 110 | Perolehan terbesar |
| Golkar | 102 | |
| Gerindra | 86 | |
| NasDem | 69 | |
| PKB (partai kebangkitan) | 68 | |
| PKS (partai keadilan) | 53 | |
| PAN | 48 | |
| Demokrat | 44 |
- Ringkasan resmi menunjukkan peta awal kekuatan parlemen dan perolehan kursi dpr periode 2024.
- Data ini penting untuk menilai peluang legislasi dan koalisi di DPR mendatang.
Daftar partai gagal pemilu 2024 dan perolehan suaranya
Keputusan KPU Nomor 1204 Tahun 2024 memuat daftar lengkap sepuluh partai yang belum mencapai ambang batas 4 persen. Angka berikut membantu pembaca membandingkan perolehan suara langsung dengan ambang minimal 6.071.731,72 suara.
Sepuluh partai menurut penetapan KPU
| Partai | Perolehan suara | Jarak ke ambang (estimasi) | Catatan |
|---|---|---|---|
| PPP (Partai Persatuan Pembangunan) | 5.878.708 | ~193.024 | Terdekat dengan ambang |
| PSI | 4.260.108 | ~1.811.624 | Posisi kedua |
| Perindo | 1.955.131 | ~4.116.601 | Jarak besar |
| Gelora | 1.282.000 | ~4.789.732 | Partai baru |
| Hanura | 1.094.599 | ~4.977.133 | Suara menurun |
| Partai Buruh | 972.898 | ~5.098.834 | Basis pemilih terfragmentasi |
| Ummat | 642.550 | ~5.429.182 | Jarak signifikan |
| PBB | 484.487 | ~5.587.245 | Suara kecil |
| Garuda | 406.884 | ~5.664.848 | Minoritas suara |
| PKN | 326.803 | ~5.744.929 | Terendah |
Data di atas menunjukkan variasi perolehan suara. Perbandingan dengan ambang batas memperlihatkan besarnya tantangan untuk bisa masuk parlemen pada pemilu 2024.
Ambang batas 4 persen: dasar hukum dan cara menghitungnya
Aturan ambang nasional menentukan batas minimal suara yang harus dicapai agar partai dapat diperhitungkan dalam pembagian kursi DPR.
Secara hukum, ambang 4 persen tercantum pada UU Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 414 ayat (1) dan diperjelas oleh PKPU Nomor 6 Tahun 2024 Pasal 10 ayat (1). Ketentuan ini menjadi dasar formal untuk menguji kelayakan sebuah organisasi politik ikut dalam alokasi kursi.
Pada Pemilu 2024 total suara sah nasional tercatat 151.793.293. Konversi 4 persen dari angka itu menghasilkan ambang 6.071.731,72 suara. Angka pecahan menunjukkan perhitungan proporsional yang presisi saat menentukan siapa masuk tahap distribusi kursi.
- Ambang batas adalah syarat minimal tingkat dukungan nasional.
- Penulisan dalam persen memudahkan perbandingan lintas pemilu saat total suara berubah.
- Transparansi rumus membantu publik dan tim kampanye menyusun target nasional yang realistis.
Rujukan hukum dan dampak praktis
Dengan dasar UU dan PKPU tersebut, setiap kelompok harus membangun jaringan di banyak daerah. Ketika total suara sah naik, angka absolut ambang juga meningkat sehingga strategi kampanye perlu menyesuaikan target nasional.
Perolehan suara sah nasional dan implikasinya pada distribusi kursi
Jumlah suara sah nasional 151.793.293 adalah dasar matematis untuk menghitung ambang 4% dan implikasinya pada kursi.
Total suara menentukan ambang 4% yang setara 6.071.731,72 suara. Ambang ini menyaring peserta sehingga hanya delapan partai memperoleh kursi dpr periode 2024–2029.
Ketika hanya delapan pihak melewati ambang, distribusi kursi menjadi terkonsentrasi. PDI‑P, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PKS, PAN, dan Demokrat membagi kursi sesuai perolehan suara dan mekanisme alokasi dapil.
- Besaran suara sah menentukan skala ambang dan memengaruhi siapa yang masuk perhitungan kursi.
- Suara yang berada di bawah ambang tidak dihitung dalam pembagian kursi, sehingga berubah komposisi parlemen.
- Konsekuensi praktis: koalisi, posisi pimpinan alat kelengkapan, dan arah legislasi bisa terdampak.
Secara strategis, pihak yang mendekati ambang harus meratakan perolehan suara lintas dapil agar efektif memperoleh kursi di periode mendatang. Bagi pemilih, memahami hal ini membantu menilai efektifitas suara mereka dalam menentukan anggota legislatif.
Mengapa partai tidak lolos pemilu meski punya banyak kader?
Banyak organisasi politik besar gagal menerjemahkan jumlah kader menjadi suara signifikan di tingkat nasional.
Pengamat mencatat beberapa faktor utama. Kaderisasi yang minim menghasilkan sedikit figur yang mampu menarik pemilih lintas segmen. Tanpa tokoh yang menonjol, perhatian media dan dukungan finansial sulit didapat.
Kaderisasi lemah dan figur penarik suara
Kualitas kader lebih penting daripada kuantitas. Pelatihan caleg, riset dapil, dan rekrutmen lokal jarang diprioritaskan.
Konflik internal dan fragmentasi organisasi
Perselisihan berkepanjangan menguras energi dan membingungkan basis. Mesin kampanye jadi tidak solid pada hari H.
Persaingan ketat dan terpecahnya suara
Masuknya pemain baru memecah dukungan. Suara yang terfragmentasi membuat ambang nasional menjadi lebih sulit ditaklukkan.
Kesulitan menggaet pemilih muda
Pemilih muda dominan, tetapi banyak kelompok kesulitan berkomunikasi secara digital. Strategi data-driven dan isu yang relevan seringkali kurang.
| Masalah | Dampak | Solusi praktis |
|---|---|---|
| Kaderisasi minim | Figur lemah di TPS | Pelatihan, rekrutmen lokal |
| Konflik internal | Mesin kampanye terpecah | Mediatif, reformasi struktural |
| Fragmentasi suara | Ambang sulit tercapai | Koalisi strategis, fokus dapil |
| Gagal tarik pemilih muda | Rendahnya konversi dukungan | Strategi digital dan isu relevan |
Analisis BBC menunjukkan kombinasi masalah ini memengaruhi beberapa partai Islam seperti PPP, PBB, Ummat, dan Gelora. Untuk bangkit, evaluasi obyektif dan perbaikan struktural perlu dijalankan segera.
Kasus PPP: pertama kali absen dari Senayan sejak 1973

Untuk pertama kalinya sejak era Orde Baru, partai persatuan itu absen dari kursi parlemen pada periode 2024–2029.
Perolehan akhir tercatat sekitar 3,87 persen. Ini berarti perolehan suara jauh di bawah ambang 4 persen.
Tren penurunan sejak era Reformasi
Sejak 1999 PPP turun dari 10,72% menjadi 3,87% pada 2024. Tren ini menunjukkan erosi dukungan yang berlangsung lama.
Dinamika internal dan dampaknya
Konflik kepemimpinan turut memperlemah mesin organisasi. Kasus dukungan Suryadharma Ali ke Prabowo, dualisme kepengurusan, dan pencopotan Suharso Monoarfa memicu ketidakpastian.
Klaim sengketa dan respons elite
Elite partai berencana mengajukan gugatan ke Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi. Sementara itu, figur ketua dan elite lain menekankan evaluasi menyeluruh agar basis tradisional kembali kuat.
- Basis NU yang menyusut memperkecil ceruk tradisional.
- Rekrut figur eksternal tanpa kaderisasi akar rumput kurang efektif.
- Persentase 3,87% menunjukkan jarak tipis namun kritis dari ambang.
Partai baru di Pileg 2024: mengapa sulit menembus ambang?
Kehadiran entitas baru di arena legislatif sering diuji oleh kebutuhan jaringan nasional dan modal yang besar.
Banyak partai politik baru, termasuk Gelora dan partai ummat, menghadapi syarat administratif yang ketat. Kewajiban kepengurusan minimal 75% kabupaten/kota dan 50% kecamatan menuntut biaya dan manajemen yang masif.
Selain itu, modal sosial — dukungan relawan dan komunitas lokal — jarang tumbuh cepat. Banyak calon legislatif adalah wajah baru. Popularitas mereka kalah dari petahana yang sudah dikenal luas.
Modal, jaringan, dan keunggulan petahana
Strategi digital membantu, tetapi lapangan tetap penting. Tanpa kombinasi canvassing dan logistik TPS, konversi dukungan menjadi suara sulit tercapai.
| Aspek | Dampak pada partai baru | Solusi praktis |
|---|---|---|
| Modal finansial | Biaya kampanye terbatas | Fundraising terencana, aliansi regional |
| Modal sosial | Relawan dan basis lemah | Program komunitas, pelayanan publik |
| Infrastruktur kepengurusan | Kewajiban administrasi menumpuk | Pembangunan kantor dapil bertahap |
| Popularitas caleg | Konversi suara rendah | Rekrut figur berpengalaman, kampanye isu |
Untuk menembus ambang batas nasional, fokus pada dapil prioritas dan pembangunan organisasi antar-pemilu adalah investasi jangka panjang. Politik peserta pemilu yang serius perlu merancang strategi jauh sebelum hari H.
PKS dan konsistensi elektoral: apa yang berbeda?
Konsistensi elektoral PKS bukan kebetulan; akar keberhasilan terlihat dari struktur dan pembinaan yang sistematis.
Penguatan struktur dan pembinaan kader berjenjang
Sejak 2004, hasil pemilu menunjukkan PKS selalu melampaui ambang minimal, misalnya sekitar 8,42% pada 2024.
Model organisasi dari pusat hingga ranting memudahkan pelaksanaan satu komando. Ini membuat target kampanye turun ke akar rumput dengan disiplin.
Pembinaan kader berjenjang menghasilkan militansi berbasis nilai. Militansi itu menjaga ritme kerja politik di luar musim kampanye.
Kampanye gagasan alih-alih identitas
PKS fokus pada narasi program dan solusi konkret. Pendekatan gagasan menarik pemilih rasional dari berbagai latar belakang.
Rebranding simbol dan cara komunikasi membantu meredam stigma lama. Hal ini membuka peluang koalisi isu yang lebih luas.
- Struktur rapi mempermudah mobilisasi.
- Kejelasan narasi memudahkan caleg menawarkan solusi dapil.
- Pelajaran: investasikan waktu pada kaderisasi berjenjang, bukan hanya iklan.
| Aspek | Dampak | Contoh |
|---|---|---|
| Pembinaan | Militansi | Kader terlatih |
| Struktur | Eksekusi kampanye | Pusat→ranting |
| Narasi | Daya tarik | Gagasan program |
Dinamika basis Islam: PKB, PKS, dan pergeseran pemilih NU
Basis dukungan umat Islam kini semakin cair dan sulit dipetakan secara tradisional.
Data LSI 2023 menunjukkan mayoritas pemilih NU mendukung PDI‑P (21,9%) dan Gerindra (13,6%), sementara PKB (partai kebangkitan) hanya 11,6%.
Perpindahan ini menegaskan bahwa basis keagamaan bukan satu warna. Banyak pemilih memilih berdasarkan isu keseharian, bukan identitas semata.
PKS mencoba merangkul lintas ormas melalui rebranding dan gagasan programatik. Sementara PPP kehilangan ikatan tradisional karena kerja akar rumput yang melemah.
| Kelompok | Preferensi | Tantangan | Strategi |
|---|---|---|---|
| NU tradisional | PDI‑P / Gerindra | Fragmentasi | Koalisi tokoh lokal |
| Basis PKB | partai kebangkitan | Persaingan suara | Perkuat pesan pesantren |
| Pemilih muda NU | Isu kerja & pendidikan | Kurang digital | Inovasi kampanye online |
| PKS | Basis luas | Persepsi identitas | Programatik dan rebranding |
Akhirnya, kemenangan di dapil strategis akan ditentukan oleh eksekusi lapangan, kekuatan kader lokal, dan bukti kinerja yang terasa oleh konstituen.
Isu seperti kesejahteraan dan lapangan kerja sering menang atas simbol; contoh perhatian terhadap prestasi nasional seperti emas sea games juga memengaruhi sentimen pemilih muda.
Peran figur nasional dan efek coattail pada partai
Figur nasional sering jadi magnet perhatian, tapi efeknya pada perolehan nyata beragam.
Banyak organisasi merekrut tokoh terkenal untuk menaikkan awareness. Namun tanpa mesin yang kuat di tingkat lokal, euforia itu sering berakhir di liputan media saja.
BBC menyoroti contoh PPP yang mendatangkan figur eksternal mendekati hari H tapi tetap belum tembus ambang. Ini menunjukkan bahwa branding personal perlu sinkron dengan struktural organisasi.
- Figur bisa menaikkan perhatian, tapi mesin kader yang solid menentukan konversi dukungan.
- Rekrutmen mendadak berisiko dipandang oportunistik oleh pemilih kritis.
- Koalisi isu dan janji kebijakan yang jelas memberi bobot lebih daripada sekadar wajah besar.
| Aspek | Manfaat | Risiko |
|---|---|---|
| Awareness | Meningkatkan visibilitas nasional | Sorotan tanpa konversi suara |
| Kesesuaian | Memperkuat pesan partai | Jika tak cocok, menimbulkan skeptisisme |
| Eksekusi lokal | Relawan aktif dan mobilisasi TPS | Tanpa jaringan, efek coattail pudar |
Pengukuran berbasis data—survei, engagement digital, dan konversi relawan—penting untuk menilai strategi. Dalam lanskap politik modern, figur dan brand partai harus berjalan beriringan agar dampak bertahan hingga setelah momen event seperti sea games 2025.
Rapat pleno KPU dan keputusan berlaku: kronologi singkat
Rapat pleno terbuka digelar di Jakarta pada 25 Agustus 2024 untuk menetapkan hasil resmi dan alokasi kursi DPR.
Pada hari itu, KPU mengesahkan perolehan suara nasional dan menetapkan delapan entitas yang menerima kursi. Keputusan dicatat dalam dokumen Nomor 1204 Tahun 2024. Frasa berlaku tanggal ditetapkan tercantum untuk memberi kepastian hukum.
Proses ini menandai akhir rekapitulasi nasional dan membuka tahap penetapan kursi per daerah pemilihan. Catatan waktu dan tempat memperkuat transparansi dan legalitas proses.
Dokumen resmi menjadi rujukan bila ada keberatan yang diajukan ke Bawaslu atau Mahkamah Konstitusi. Keterbukaan rapat memperkuat akuntabilitas penyelenggara bagi publik dan semua partai peserta.
- Pleno: Jakarta, 25 Agustus 2024 — forum penetapan formal.
- Keputusan Nomor 1204 Tahun 2024 — dasar administratif.
- Keputusan berlaku tanggal ditetapkan — efektivitas mulai tercatat.
- Menjadi patokan untuk evaluasi hasil dan langkah hukum selanjutnya.
| Waktu | Agenda | Output |
|---|---|---|
| 25 Agustus 2024 | Penetapan hasil nasional | Dokumen Nomor 1204 |
| Selesai rekapitulasi | Alokasi kursi per dapil | Daftar delapan entitas penerima kursi |
| Pasca-penetapan | Rujukan sengketa | Bawaslu / MK |
Dampak jangka pendek pada konfigurasi parlemen 2024-2029

Distribusi kursi yang terkonsentrasi pada delapan fraksi utama langsung mengubah peta politik di gedung wakil rakyat.
Delapan entitas memegang seluruh kursi DPR untuk periode 2024–2029. Komposisi itu menata koalisi, oposisi, dan pembagian pimpinan.
Konsekuensi awal terasa pada penjagaan agenda. Fraksi besar punya leverage memilih pimpinan komisi dan menyusun jadwal pembahasan RUU.
- Konsentrasi kursi memudahkan negosiasi antarfraksi utama.
- Partai menengah sering menjadi penentu bila margin mayoritas tipis.
- Hilangnya perwakilan kecil menyederhanakan proses, tapi mengurangi ragam suara kebijakan.
- Kinerja parlemen akan diawasi ketat publik terkait integritas dan efektivitas.
| Fraksi | Kursi | Peran awal |
|---|---|---|
| PDI‑P | 110 | Pengaruh besar pada agenda |
| Golkar | 102 | Koalisi & pimpinan komisi |
| Gerindra | 86 | Penyeimbang isu strategis |
Ruang gerak pemerintahan akan menyesuaikan konfigurasi ini. Efisiensi pengambilan keputusan bisa meningkat, namun kehati‑hatian diperlukan agar aspirasi minoritas tetap terakomodasi.
Bagaimana partai gagal pemilu bisa bangkit di kontestasi berikutnya
Transformasi organisasi politik terbaik dimulai dari audit menyeluruh dan pembinaan kader berkelanjutan.
Langkah awal adalah evaluasi nyata. Lakukan audit organisasi untuk memetakan kelemahan kaderisasi, pendanaan, dan struktur di tingkat desa. Hasil audit jadi peta tindakan.
Reformasi kaderisasi dan rekrutmen tokoh lokal
Rekrut dan latih tokoh yang dipercaya komunitas. Buat kurikulum kader berjenjang fokus pada pelayanan publik dan advokasi isu dapil. Selesaikan konflik internal lewat tata kelola transparan.
Strategi digital untuk pemilih muda
Terapkan strategi digital terpadu: konten native per platform, micro-influencer lokal, dan CRM pemilih. Gunakan data analytics untuk segmentasi, uji A/B pesan, dan optimasi konversi ke relawan TPS.
Prioritaskan 20% dapil dengan peluang tertinggi. Diversifikasi pendanaan lewat crowdfunding yang akuntabel. Susun narasi program konkret yang menyentuh pekerjaan, pendidikan, dan biaya hidup pemilih muda.
| Masalah | Prioritas | Tindakan |
|---|---|---|
| Kaderisasi | Tinggi | Kurikulum & pelatihan berjenjang |
| Konflik internal | Tinggi | Mediasi & reformasi tata kelola |
| Digitalisasi | Sedang | CRM, A/B testing, micro-influencer |
| Pendanaan | Sedang | Crowdfunding & transparansi anggaran |
Kerja berkelanjutan di luar musim kampanye akan menjaga basis hidup. Dengan langkah ini, peluang bangkit menjelang even besar seperti sea games 2025 juga meningkat.
Peta kekuatan delapan partai yang lolos: peluang dan tantangan
Hasil perolehan kursi membuka peluang baru sekaligus tantangan bagi keseimbangan kekuatan di parlemen.
Daftar partai politik berhasil menempatkan delapan entitas di DPR periode 2024. Komposisi kursi adalah: PDI‑P 110, Golkar 102, Gerindra 86, NasDem 69, PKB 68, PKS 53, PAN 48, Demokrat 44.
Posisi PDI‑P dan Golkar di puncak kursi memberi mereka peran sentral dalam menyusun agenda dan koalisi.
Gerindra, NasDem, dan PKB berfungsi sebagai poros penyeimbang dalam negosiasi lintas fraksi. Sementara PKS, PAN, dan Demokrat berpotensi menentukan isu lewat kerja komisi dan aliansi tematik.
Perolehan kursi besar mesti disertai kinerja legislatif dan transparansi. Lolos parlemen bukan akhir; pengawasan anggaran dan hasil kerja akan menjadi tolok ukur elektoral berikutnya.
| Daftar | Kursi | Peran kunci |
|---|---|---|
| PDI‑P | 110 | Penentu agenda & koalisi |
| Golkar | 102 | Pusat negosiasi pimpinan |
| Gerindra / NasDem / PKB | 86 / 69 / 68 | Poros penyeimbang lintas blok |
| PKS / PAN / Demokrat | 53 / 48 / 44 | Penentu isu komisi & kompromi |
- Peta kursi memudahkan proyeksi pemimpin alat kelengkapan DPR.
- Tantangan bersama: disiplin fraksi, menyerap aspirasi publik, dan mendorong legislasi berdampak.
- Transparansi komunikatif menentukan apakah keberhasilan memperoleh kursi berujung pada peningkatan persepsi publik.
Kesimpulan
Hasil resmi KPU memperlihatkan betapa mahalnya harga ambang batas bagi representasi nasional.
Ambang batas 4% setara sekitar 6,07 juta suara. Data ini menentukan siapa masuk perhitungan kursi dan siapa yang harus menunggu kesempatan berikutnya.
Hasil pemilihan menunjukkan delapan entitas mengisi kursi DPR periode 2024–2029. Sementara itu, beberapa kelompok yang meraih jutaan suara tetap berada di luar distribusi kursi.
Analisis mengungkapkan penyebab utama: kaderisasi lemah, konflik internal, dan sulit menggaet pemilih muda. Studi kasus seperti PPP dan konsistensi PKS memberi pelajaran tentang pengelolaan organisasi dan strategi kampanye.
Untuk mengatasi keadaan ini, perlu rencana jangka panjang berbasis data, pembenahan struktur, dan penguatan tokoh lokal. Partai politik gagal hari ini masih punya peluang bangkit bila belajar dari hasil dan merancang perubahan nyata.




